Karawang – Hujan lebat mengguyur kawasan wisata Mekarbuana, Kabupaten Karawang menyebabkan aliran Sungai Cigeuntis meluap hingga merusak sejumlah warung di kawasan itu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang Mahpudin menerangkan, hujan yang mengguyur wilayah Karawang pada Selasa (19/11/2024) memang menyebabkan tinggi muka air (TMA) di beberapa pintu air meningkat.
menuturkan, kendati aliran sungai meningkat signifikan dengan arus yang deras, hal itu sudah biasa terjadi saat hujan lebat mengguyur di wilayah tersebut.
Memang di wilayah aliran sungai Cigeuntis sudah biasa terjadi, saat hujan lebat air meningkat signifikan dengan arus yang deras, sehingga membawa beberapa material sampah, ranting pohon termasuk pipa-pipa yang mengaliri sawah,” kata dia.
Mapudin memastikan tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun beberapa warung di bantaran sungai terkena dampak hingga hanyut oleh aliran air tersebut.
“Korban jiwa Alhamdulillah tidak ada, warung memang ada 2-3 yang ikut terseret arus, tapi kan memang lokasi itu bukan peruntukan warung, itu warung warga sekitar yang dibangun di bantaran sungai,” imbuhnya.
Saat ini, kata dia, petugas Penanggulangan Bencana di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru sedang melakukan penyisiran sembari mengimbau kepada warga untuk menjauh dari aliran sungai.
“Sudah ditangani petugas kami di Tegalwaru, mereka menyisir aliran sungai di dekat pemukiman, sambil mengingatkan warga agar sementara menjauhi daerah aliran sungai,” ujar dia.
Sementara itu, Aang Kunaefi (35) warga Mekarbuana mengungkap peristiwa itu terjadi sekira pukul 16.30 WIB beberapa saat setelah hujan di wilayah tersebut mulai mereda.
“Kejadian itu tadi kisaran jam setengah 5 sore, hujan mulai mereda memang meski masih gerimis. Warga di sini biasa menyebut itu dengan fenomena caah dengdeng,” kata Aang, saat dihubungi detikJabar.
Aang juga membenarkan adanya beberapa warung yang hanyut akibat peristiwa caah dengdeng tersebut, “Iya ada 3 warung warga yang di aliran sungai itu, biasa sebenarnya itu terkena material longsoran, seperti potongan kayu, ranting yang mengalir dari hulu menghantam warung,” ungkapnya.
Saat ini, kata Aang, kondisi aliran sungai sudah mulai tenang, dan debit air menurun, caah dengdeng hanya terjadi puluhan menit. Warga pun sudah biasa dengan fenomena itu.
“Itu mah fenomena biasa, tadi paling kejadian hanya 30 menitan, sekarang aliran airnya sudah tenang meski debit air sungainya masih tinggi,” ucap Aang
mengaku, terjadinya caah dengdeng tak lepas dari pada faktor perubahan kondisi alam akibat ulah manusia sendiri, sehingga menyebabkan peristiwa-peristiwa yang berdampak pada alam.
Iya sebenarnya caah dengdeng itu karena ulah manusia sendiri, sering melakukan penebangan hutan, jadi tanah gampang longsor saat hujan dan aliran air meningkat, akibatnya tadi banyak material potongan kayu yang terbawa aliran sungai,” pungkasnya