Indonesia berada di kawasan yang merupakan tempat pertemuan lempeng tektonik yang sangat aktif. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki variasi topografi dan batimetri yang luas dan beragam, serta aktivitas gempa bumi dan gunung berapi yang tinggi. Persoalan ini mengakibatkan wilayah Indonesia rawan terhadap berbagai macam bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, kekeringan, angin kencang, dan pergeseran tanah. Menurut data dari BMKG, dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan aktivitas gempa bumi yang puncaknya berada pada tahun 2020 yang mencapai lebih dari 12 ribu kali.
Menghadapi kenyataan bahwa gempa bumi sangat sulit diprediksi, temuan ini memicu pertanyaan: apakah manusia bisa memanfaatkan pengamatan perilaku hewan untuk memprediksi gempa bumi dan memberi peringatan lebih awal kepada masyarakat?