Upaya perbaikan antara lain dengan pemantauan berbasis komunitas, pengembangan hutan adat, festival tradisional berskala internasional, serta pengembangan ekowisata.
Masyarakat adat Togong-Tanga juga memiliki sistem yang disebut “Tamakonya” yang menjadi ritual adat mereka sebelum melakukan penebangan pohon. Selain penjaga hutan, Masyarakat Adat Togong-Tanga dapat berperan menjadi perpustakaan hidup yang berperan memahami setiap spesies yang ada di kawasan hutan Kokolomboi.
“Masyarakat adat pengetahuan tradisional dan praktik berkelanjutan dalam mengelola sumber daya alam, tapi sayangnya peran mereka malah seringkali terpinggirkan. Padahal mereka adalah perpustakaan hidup yang justru mengemban tugas jadi penjaga rumah mereka. Masyarakat Adat Togong-Tanga menjadi bukti bahwa keberadaan mereka bisa membantu upaya konservasi, khususnya mengatasi pelaku illegal logging,” ujar Field Manager PEP DMF, Ridwan Kiay Demak.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program ini juga mendorong kegiatan ekonomi yakni budidaya lebah dan wisata minat khusus. Budidaya lebah madu menjadi salah satu upaya rehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah sebagai pollinator yang membantu penyerbukan tanaman di sekitar kawasan.
Selain itu, budidaya lebah madu ini juga menjadi mata pencaharian masyarakat dari yang sebelumnya menjual kayu hasil hutan dan berburu satwa.
Petani madu yang terlibat di dalam kawasan taman Kehati kokolomboi mencapai 10 orang dengan kemampuan panen sebesar 800 – 1200 liter/ tahun. Kelompok tani madu Kokolomboi turut melibatkan petani madu di luar Kawasan untuk memenuhi permintaan pasar, hingga saat ini sebanyak 245 anggota telah terafiliasi dengan kemampuan produksi sebesar 8.400 liter per tahun.
Tingkatkan Kesadaran untuk Jaga Lingkungan
Berdasarkan data kunjungan yang dikelola oleh Pengelola Taman Kehati Kokolomboi tercatat sebanyak 453 wisatawan domestik dan lebih dari 60 wisatawan mancanegara dari 22 negara yang memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar sebagai penyedia jasa lingkungan dengan ketentuan tamu domestik sebesar Rp 60.000/orang/hari dan tamu asing Rp 200.000/orang/hari.
Kontribusi masyarakat adat Togong-Tanga dalam menjaga hutan tetap lestari turut mendukung capaian Sustainable Development Goals tujuan 13 Penanganan Perubahan Iklim melalui kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta tujuan 15 Ekosistem Daratan melalui upaya perlindungan, restorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara Lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.
“Hari Bumi dirayakan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memperingatkan bahaya kerusakan ekologis, termasuk deforestasi, polusi, dan perubahan iklim. Hari ini menjadi momen untuk menghargai kontribusi masyarakat adat dalam pelestarian alam dan mengingatkan perlunya mendukung hak-hak mereka,” tambah Ridwan.