Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana alam yang sangat berbahaya dan merugikan, terutama di Indonesia yang memiliki wilayah luas dengan banyak area rawan kebakaran. Untuk mengantisipasi dan menanggulangi kejadian tersebut, pemerintah melalui berbagai lembaga, termasuk Manggala Agni, meningkatkan kesiagaan dan kesiapsiagaan. Baru-baru ini, sebanyak 2.100 personel Manggala Agni telah disiagakan di wilayah-wilayah rawan kebakaran untuk memastikan penanganan yang cepat dan efektif apabila terjadi insiden.
Manggala Agni adalah unit pelindung hutan yang berada di bawah Badan Nasional Pengelola Hutan (BPN) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mereka memiliki tugas utama dalam pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Personel yang disiagakan ini dilengkapi dengan peralatan lengkap seperti alat pemadam, kendaraan operasional, serta teknologi pendukung seperti drone dan sistem pemantauan berbasis satelit. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko dan memperkuat kapasitas dalam mengatasi kebakaran secara cepat dan terkoordinasi.
Wilayah rawan kebakaran biasanya meliputi daerah yang banyak digunakan untuk pertanian terbuka, perkebunan, kawasan hutan konservasi, dan daerah yang memiliki kondisi iklim kering dan panas. Di Indonesia, musim kemarau yang panjang dan curah hujan yang rendah meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Oleh karena itu, kesiapsiagaan personel di wilayah-wilayah ini sangat penting agar kebakaran yang kecil dapat segera dipadamkan sebelum meluas dan menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
Selain penempatan personel di lapangan, kegiatan pencegahan seperti sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran, larangan membuka lahan dengan cara membakar, dan pengawasan ketat di titik-titik rawan dilakukan secara rutin. Pemerintah juga menggalakkan program kampanye kesadaran lingkungan dan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat adat dan petani, agar mereka turut serta menjaga lingkungan sekitar.
Langkah antisipatif ini diharapkan mampu meminimalkan kejadian kebakaran yang sering menyebabkan kerusakan ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, dan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kebakaran yang tidak terkendali tidak hanya mengancam keberlangsungan flora dan fauna, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian materi yang besar serta polusi udara yang berdampak pada kesehatan manusia.
Kesiapsiagaan 2.100 personel Manggala Agni di wilayah rawan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga kelestarian hutan dan lahan. Selain itu, dukungan teknologi dan koordinasi antarinstansi juga terus diperkuat agar penanganan kebakaran dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan terintegrasi. Dengan upaya ini, diharapkan Indonesia mampu mengurangi jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan serta memitigasi dampaknya secara maksimal, demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.