BNPB berencana melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan. Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan BMKG untuk melakukan upaya tersebut.
Tambahan akan informasi dari BMKG cuaca hujan ini masih akan terus, sehingga khusus untuk Kabupaten Sukabumi dan Cianjur kita akan gelar operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi debit air yang turun,” kata Kepala BNPB Mayjen Jenderal TNI Suharyanto di posko pengungsian Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jumat (6/12/2024).
Dia menyebut, cuaca hujan tidak bisa sepenuhnya dihentikan. Kendati demikian, dengan upaya modifikasi cuaca diharapkannya dapat mengurangi risiko bencana.
“Tidak bisa sama sekali menghentikan (hujan) karena ini merata ya seluruh Pulau Jawa dan musimnya hujan. Jadi kalau hujannya dihentikan sama sekali nggak mungkin, paling tidak dengan modifikasi cuaca itu debitnya berkurang,” ungkapnya.
Saat ini wilayah Kabupaten Sukabumi masih ditetapkan berstatus tanggap darurat bencana selama 7 hari kedepan sejak Rabu (4/12). Bantuan akan terus diberikan selama masa tanggap darurat bencana, termasuk ke daerah terisolir karena akses jalan terputus akibat longsor dan pergerakan tanah.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, beberapa waktu lalu sudah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi. Dia memaparkan, rencana modifikasi cuaca sudah dikoordinasikan dengan BNPB dan pemerintah daerah.
Operasi modifikasi cuaca dilakukan dengan cara menebar zat natrium klorida (NaCl) ke awan potensial di wilayah selatan Jawa Barat, antara lain Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Pangandaran hingga ke Banten bagian selatan.
“Pengaruh dari samudera pasifik ini menghambat Madden Julian Oscillation (MGO) atau awan-awan hujan lebat bergerak. Harusnya itu sudah bergerak meninggalkan Indonesia. Seharusnya dia hanya lewat,” kata Dwikorita.
Berdasarkan hasil analisis BMKG, berbagai faktor memperlihatkan peningkatan curah hujan di Indonesia, tak terkecuali di Jawa Barat. Sehingga, rencana modifikasi cuaca pun dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana yang ditimbulkan.
“Jadi bedanya tahun ini, plus La Nina lemah, plus MGO yang tidak segera pergi dari Indonesia, plus kemungkinan muncul lagi bibit siklon tropis. Kemungkinan udara dingin juga terjadi. Fenomenanya sekarang lebih kompleks,” jelasnya.