Fenomena La Nina diprediksi akan berlangsung sampai Maret 2025. Hal ini dikabarkan oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) dalam laporan resminya.

Fenomena La Nina diprediksi akan berlangsung sampai Maret 2025. Hal ini dikabarkan oleh Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) dalam laporan resminya.
“La Nina diperkirakan akan muncul pada bulan September-November (peluang 60%) dan diperkirakan akan bertahan hingga Januari-Maret 2025,” kataNOAA dalam laman resminya dikutip Rabu (23/10/2024).

La Nina adalah fenomena fase dingin dari El Nino. Berkebalikan dari El Nino yang membawa udara panas, maka La Nina akan mendorong angin hujan. Fenomena ini bisa berlangsung beberapa bulan hingga 2 tahun.

NOAA melaporkan jika La Nina berpeluang 60 persen muncul pada periode September hingga November tahun ini.

Selama September lalu, NOAA melaporkan fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO)-netral terus berlanjut di sebagian besar Samudra Pasifik ekuator bagian tengah dan timur. ENSO adalah siklus iklim yang ditandai dengan pendinginan La Nina dan pemanasan El Nino.

“Serupa dengan bulan lalu, indeks Niño mingguan terbaru berkisar antara +0,2°C (Niño-4) hingga -0,4°C (Niño-1+2). Suhu di bawah rata-rata di bawah permukaan tetap bertahan di Samudra Pasifik bagian timur-tengah dan timur ekuator,” jelas NOAA.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam laporannya menyebutkan bahwa La Nina berpeluang muncul di Indonesia pada Oktober ini.

“Prediksi Indeks ENSO menunjukkan bahwa La Nina berpeluang mulai terjadi pada periode Oktober 2024, sedangkan IOD diprediksi akan terus berada pada fase Netral setidaknya hingga Februari 2025,” tulis keterangan BMKG.

Dampak La Nina bagi Indonesia
Menurut BMKG, fenomena La Nina akan meningkatkan curah hujan di Indonesia sebanyak 20 hingga 40 persen. Kemudian pada periode Desember sampai Mei, sebagian wilayah barat Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan karena pengaruh angin monsun.

“Namun demikian, bukan diartikan tidak ada kemarau sama sekali, hanya saja terjadi peningkatan curah hujan dalam periode tersebut sehingga seringkali disebut sebagai kemarau basah,” kata BMKG.

Melansir laman resmi BMKG, curah hujan yang meningkat dapat memicu banyak bencana alam. Bencana hidrometeorologi, air dan atmosfer, yang muncul antara lain:

– Banjir
– Banjir bandang
– Tanah longsor
– Angin kencang
– Puting beliung, dan sebagainya.

Selain bencana alam, suhu rendah dan lembab akan memicu berbagai penyakit. Daftar penyakit yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut.

– Flu
– Diare
– Demam Berdarah
– Chikungunya (Tidak jauh berbeda dengan demam berdarah)
– ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan)
– Penyakit kulit, dan lain sebagainya.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *